Betapa bahagianya orang yang berkesempatan berkunjung ke rumah Allah di Mekah. Betapa bahagianya berada di tengah-tengah hamba Allah dari berbagai wilayah jauh yang datang ke rumah Allah untuk berhaji. Betapa bahagianya bisa berziarah ke makam Rasulullah, para Nabiyullah, dan para sahabat. Membayangkan saja terasa indah, apalagi benar-benar bisa pergi ke sana.
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2015/09/22/74852/aku-ingin-ke-tanah-suci/#ixzz4O5i3EkEM
Ah…, pastilah kerinduan itu dimiliki oleh umat Islam seluruhnya. Hanya saja, keinginan semata tidak cukup menjadi bekal untuk bisa ke sana. Harus ada pula kemampuan dalam hal materi. Sebab ongkos tidak murah, keperluan di sana pun butuh biaya.
Dalam rukun Islam, perintah berhaji berada di urutan kelima, ditambah pula dengan penjelasan “bagi yang mampu.” Hikmahnya, terlihat di sini bahwa pada hakikatnya Allah tidak bermaksud membuat manusia kesulitan. Justru, dalam segala hal, Allah menginginkan kemudahan bagi para hamba-Nya.
Orang-orang yang belum bisa melaksanakan ibadah haji dikarenakan belum berkemampuan, ia bisa berfokus dulu mengerjakan mana yang dia mampu. Haji berada di urutan kelima rukun Islam, maka kita lihat keempat rukun di atasnya. Semestinya kita usahakan melakukan yang kita mampu ini dengan sebaik-baiknya, mudah-mudahan setelah menyaksikan keseriusan kita, Allah pun memampukan kita untuk berhaji.
Selalu kita lafadzkan kalimat “Laa hawla walaa quwwata illaa billaah.” Artinya, tiada daya dan upaya kecuali bersama Allah. Maka, kita sadari bahwa tidak ada yang mampu dilakukan manusia, kecuali Allah menjadikannya mampu.
Kesadaran ini menjadikan kita berbaik sangka kepada Allah. Jangan malah berburuk sangka dan menuduh Allah tidak adil. Mungkin belum tiba waktunya yang tepat bagi kita untuk berangkat ke tanah suci. Yang jelas, Allah punya alasan baik di balik seluruh ketetapan-Nya. Dan, semua itu untuk kebaikan manusia.
Saudaraku. Tentu saja keyakinan kepada Allah ini juga melahirkan semangat untuk berusaha. Setiap musim haji, kita selalu mendengar cerita inspiratif dari orang-orang kecil yang bisa berangkat karena kegigihannya. Ada pedagang kecil-kecilan yang menabung dengan gigih 20 tahun lamanya agar bisa berangkat. Ada pula yang fisiknya sudah sangat berketerbatasan, tetapi tekadnya tidak luntur.
Kenyataan itu menjelaskan kepada kita, bahwa sebenarnya kita pun berkesempatan pergi ke tanah suci. Tugas kita adalah bekerja keras mengusahakannya. Di sinilah Allah menguji kita. Kalau semuanya serba mudah, tidak terlihat mana yang serius dan mana yang tidak. Nah, kita pun bisa tahu, apakah kita termasuk orang yang serius atau hanya bermain-main dalam keinginan ini?
Saudaraku. Jangan buru-buru pusing memikirkan mahalnya ongkos ke tanah suci, rumitnya proses, dan sebagainya. Yang harus kita lakukan adalah berniat, lalu mengusahakan. Sisanya, kita serahkah sepenuhnya kepada Allah Ta’ala. Bila Allah sudah berkehendak, apa pun bisa terjadi. Ilmu Allah tidak seperti ilmu kita yang terbatas, maka jangan memustahilkan segala sesuatu bagi Allah.
Semoga catatan sederhana ini bermanfaat untuk menghapus kesedihan yang terlanjur mengisi hati karena belum bisa ke tanah suci. Semoga pula berhasil menaikkan level tekad dan semangat kita untuk mengusahakan. Aamiin.
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2015/09/22/74852/aku-ingin-ke-tanah-suci/#ixzz4O5i3EkEM
No comments:
Post a Comment