Sejarah Dubai - Kliping Berita Umrah dan Haji

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Sejarah Dubai

Share This

Dari desa nelayan sederhana menjadi kota metropolis paling ikonis di dunia

Ketika Anda mengamati kota gurun yang penuh dengan gedung-gedung pencakar langit seperti Dubai saat ini, sulit untuk membayangkan bahwa monumen dunia modern ini dimulai sebagai desa nelayan yang kecil. Sementara penemuan minyak pada 1950-an dan 1960-an merupakan titik balik untuk perkembangan Dubai, Dubai memiliki sejarah yang kaya yang sebenarnya dimulai beberapa abad sebelumnya.

Sejarah kuno kawasan gurun

Akar sejarah Dubai mencapai hingga ke 3000 SM. Lokasi Dubai sekarang tadinya merupakan rawa bakau yang luas, dan pada 3000 SM rawa tersebut telah mengering dan bisa dihuni. Diperkirakan bahwa para penggembala ternak nomaden Zaman Perak merupakan yang pertama menghuni area tersebut dan pada 2500 SM, mereka telah mendirikan perkebunan kurma - pertama kali tempat itu berhasil digunakan untuk perkebunan.

Melewati beberapa milenium dengan perkebunan, dan pada abad ke-5 Masehi, area yang kini dikenal sebagai Jumeirah, yang merupakan rumah bagi vila-vila pantai yang indah, telah menjadi pos karavan sepanjang rute perdagangan yang menghubungkan Oman dengan tempat yang sekarang bernama Irak.

Catatan tertua yang menyebut Dubai adalah pada 1095 dalam Buku Geografi karya geografer Arab-Andalusia Abu Abdullah al-Bakri. Pedagang mutiara Venesia Gaspero Balbi mengunjungi area ini pada 1580 dan menyebut Dubai (Dibei) untuk industri mutiaranya.

Mata pencarian penghuni area ini berdasarkan pada menjala ikan, menyelam mutiara, membuat kapal, dan menyediakan akomodasi serta makanan bagi para pedagang, yang akan lewat dalam perjalanan mereka untuk menjual emas, rempah-rempah dan tekstil – barang-barang yang bisa ditemukan di souk kami saat ini.

Tonggak sejarah berikutnya dari UEA muncul pada 1793 ketika suku Bani Yas meraih kekuasaan politik dan menetap di Abu Dhabi, sehingga Dubai menjadi bawahannya. Sekitar tiga puluh tahun saling mendorong untuk mendapat posisi, ketika di area itu dilanda banyak perang antar suku, sehingga mengurungkan para pedagang asing untuk lewat. Hal ini memengaruhi perekonomian.

Al Fahidi Fort dibangun sekitar masa itu, kini merupakan lokasi Dubai Museum, dan catatan menunjukkan bahwa pada awal 1800-an Dubai adalah kota yang dikelilingi dinding. Dinding di sisi Bur Dubai berasal dari kawasan Bersejarah Al Fahidi melewati Benteng Al Fahidi Fort dan berakhir di Souk kuno. Di sisi Deira, area Al Ras juga berdinding.

Namun, pada 1820, Inggris bernegosiasi pada gencatan senjata maritim bersama para penguasa lokal, yang artinya bahwa rute perdagangan akan dibuka dan bisnis akan berkembang sekali lagi.

Menjala ikan, menyelam mutiara, dan perdagangan internasional

Pada 1833, Maktoum bin Butti dari suku Bani Yas memimpin orang-orangnya ke Semenanjung Shindagha di muara Dubai Creek, menetap di sana dan mendeklarasikan kemerdekaan kota itu dari Abu Dhabi. Saat ini, bahkan dengan perubahan besar yang telah dialami emirat, dinasti Al Maktoum masih berkuasa di Dubai. Di bawah kepemimpinan Al Maktoum, Dubai mulai berkembang, dan pada 1894 perdagangan di wilayah itu mendapatkan dorongan lagi karena peraturan baru memberikan pengecualian pajak bagi para ekspatriat. Ini menyebabkan besarnya jumlah para pekerja asing yang masuk, dengan para pedagang asal India dan Pakistan yang mengambil keuntungan dari kondisi bisnis yang unggul ini.
Sementara ini merupakan periode keberhasilan dalam sejarah Dubai, Dubai masih bergantung pada perikanan, perdagangan, dan menyelam mutiara, dan ketika mutiara buatan ditemukan di Jepang pada 1950-an, kerentanan ekonomi wilayah itu terekspos. Namun, penurunan finansial tidak berlangsung lama, karena pada 1966 tiba-tiba semuanya berubah bagi Dubai: ditemukan minyak di Dubai.

Dubai Modern

Sheikh Rashid bin Saeed Al Maktoum memulai perkembangan Dubai mengubah kota itu dari kluster hunian kecil dekat Dubai Creek menjadi kota pelabuhan modern dan pusat perdagangan.

Didukung oleh minyak, Sheikh Rashid mulai mengembangkan infrastruktur yang akan mendukung tujuan Dubai untuk menjadi pusat perdagangan terkemuka. Pelabuhan Rashid, Pelabuhan Jebel Ali, Dubai Drydock, pelebaran Dubai Creek, dan Dubai World Trade Center adalah beberapa proyek besar yang diselesaikan saat itu.

Sadar akan keterbatasan pasokan minyak, Sheikh Rashid bertekad untuk tidak membiarkan Dubai tergantung pada minyak. “Kakek saya mengendarai unta, ayah saya mengendarai unta, saya mengendarai Mercedes, putra saya mengendarai Land Rover, putranya akan mengendarai Land Rover, tapi putra dari putranya akan mengendarai unta,” ujar Sheikh Rashid, mengatakan pada orang-orang bahwa minyak tidak abadi.

Pada 1971, Uni Emirat Arab dibentuk untuk menjaga kemakmuran area tersebut dan memastikan kekayaan baru ini akan didistribusikan secara adil. Dan sejak pembentukan UEA, boleh dikatakan bahwa negeri terus berkembang maju.

Kepemimpinan dan visi memungkinkan UEA untuk maju terus dengan proyek bangunan dan sosial yang ambisius dan dalam waktu setengah abad saja, Dubai tumbuh pesat, membangun keajaiban dunia seperti Burj Al Arab dan Burj Khalifa, kini secara luas diasosiasikan dengan Dubai.

Hal yang paling mengesankan tentang pertumbuhan kami yang pesat adalah bahwa, berkat kepemimpinan visioner pemerintah, infrastruktur yang telah dibangun akan melihat Dubai terus berkembang. “Mustahil adalah ilusi yang bersarang pada benak mereka yang tidak mampu,” ujar Yang Mulia Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum Wakil Presiden dan Perdana Menteri UEA serta Penguasa Dubai. Dan itu telah menjadi dorongan di balik sebagian besar proyek pengembangan Dubai, rumah dari Semangat Kemungkinan.

Sumber : https://www.visitdubai.com/id/articles/history-of-dubai

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages