Jamaah Haji PT Sahara Kafila Wisata |
"Haji... Haji... La selfie," kata seorang askar dengan gerakan melambaikan tangan menegur ibu-ibu yang sedang melakukan selfie atau swafoto di depan pintu Ka'bah, Ahad (27/11). Ibu yang menggunakan gamis dan jilbab berwarna hitam itu pun langsung menyembunyikan ponsel pintar miliknya yang digunakan untuk berswafoto.
Hampir di setiap sudut Masjidil Haram yang saya lewati, saya menemukan orang yang sedang asyik berswafoto atau berfoto beramai-ramai (wefie). Bahkan, tidak jarang saya menemukan yang nekat berfoto dengan Ka'bah sebagai latar belakangnya. Di depan pintu Ka'bah, di belakang Maqom Ibrahim, di dalam Hijr Ismail, hingga di tempat Sa'i.
Sebenarnya saat memasuki area halaman luar Masjidil Haram, Kerajaan Saudi lewat pengurus Masjidil Haram sudah memberikan rambu-rambu bergambar larangan mengambil gambar atau foto di lingkungan masjid. Namun, meski rambu-rambu itu cukup banyak dipasang di beberapa sisi Masjidil Haram, tetap saja tidak sedikit jamaah yang mengabadikan gambar beku lewat kamera ponsel, kamera saku, hingga kamera profesional.
Hampir di setiap sudut Masjidil Haram yang saya lewati, saya menemukan orang yang sedang asyik berswafoto atau berfoto beramai-ramai (wefie). Bahkan, tidak jarang saya menemukan yang nekat berfoto dengan Ka'bah sebagai latar belakangnya. Di depan pintu Ka'bah, di belakang Maqom Ibrahim, di dalam Hijr Ismail, hingga di tempat Sa'i.
Sebenarnya saat memasuki area halaman luar Masjidil Haram, Kerajaan Saudi lewat pengurus Masjidil Haram sudah memberikan rambu-rambu bergambar larangan mengambil gambar atau foto di lingkungan masjid. Namun, meski rambu-rambu itu cukup banyak dipasang di beberapa sisi Masjidil Haram, tetap saja tidak sedikit jamaah yang mengabadikan gambar beku lewat kamera ponsel, kamera saku, hingga kamera profesional.
Saya juga sempat ditegur saat sedang mengabadikan Ka'bah dari Rukun Iraqi lewat kamera saku. Tapi yang menegur bukan askar atau petugas Masjidil Haram, melainkan seorang perempuan berparas ayu khas Jawa Tengah yang minta tolong difotokan bersama keluarganya.
"Excuse me, could you take my photo. Please," kata dia dengan aksen Jawa sembari menyodorkan ponsel pintarnya.
Ustaz Ahmad Zakiudin, muthawif atau pembimbing umrah saya mengatakan, jika askar di Masjidil Haram atau Masjid Nabawi di Madinah cukup tegas soal jamaah yang mengambil foto. "Hati-hati saja kalau mau ambil foto," kata pria asal Lombok itu.
Lambaian tangan, teguran lisan, atau bahkan 'penyitaan' ponsel atau kamera kerap diterima jamaah Masjidil Haram yang nekat mengambil foto meski sudah ditegur. Namun, bagi jamaah yang beruntung bisa leluasa mengabadikan gambar beku alias foto atau merekam suasana putaran tawaf tanpa ditegur askar yang sedang bertugas.
Ketika sedang menunggu adzan di shaf kedua, saya juga menyaksikan seorang jamaah pria berdebat meminta ponselnya yang disita askar dikembalikan. Sebelumnya saya melihat pria itu nekat memfoto Ka'bah saat adzan sedang berkumandang di dekat lingkaran Hijr Ismail. Padahal, beberapa askar sedang berkumpul guna mensterilkan tempat untuk imam Masjidil Haram memimpin shalat fardu.
Muthawif saya berpesan, berfoto atau mengambil gambar foto di dalam Masjidil Haram boleh saja, asalkan jangan sampai menimbulkan rasa riya. "Asal tujuannya baik," ucap pria yang sudah dua tahun tinggal di Makkah tersebut.
"Excuse me, could you take my photo. Please," kata dia dengan aksen Jawa sembari menyodorkan ponsel pintarnya.
Ustaz Ahmad Zakiudin, muthawif atau pembimbing umrah saya mengatakan, jika askar di Masjidil Haram atau Masjid Nabawi di Madinah cukup tegas soal jamaah yang mengambil foto. "Hati-hati saja kalau mau ambil foto," kata pria asal Lombok itu.
Lambaian tangan, teguran lisan, atau bahkan 'penyitaan' ponsel atau kamera kerap diterima jamaah Masjidil Haram yang nekat mengambil foto meski sudah ditegur. Namun, bagi jamaah yang beruntung bisa leluasa mengabadikan gambar beku alias foto atau merekam suasana putaran tawaf tanpa ditegur askar yang sedang bertugas.
Ketika sedang menunggu adzan di shaf kedua, saya juga menyaksikan seorang jamaah pria berdebat meminta ponselnya yang disita askar dikembalikan. Sebelumnya saya melihat pria itu nekat memfoto Ka'bah saat adzan sedang berkumandang di dekat lingkaran Hijr Ismail. Padahal, beberapa askar sedang berkumpul guna mensterilkan tempat untuk imam Masjidil Haram memimpin shalat fardu.
Muthawif saya berpesan, berfoto atau mengambil gambar foto di dalam Masjidil Haram boleh saja, asalkan jangan sampai menimbulkan rasa riya. "Asal tujuannya baik," ucap pria yang sudah dua tahun tinggal di Makkah tersebut.
Sumber : http://www.ihram.co.id/berita/jurnal-haji/pengalaman-haji/16/12/07/ohtc93313-haji-hajila-selfie
No comments:
Post a Comment